Story #5 : The Princess

Angin sore menubruk wajah Kishy dan mengacak rambut hitamnya ketika gadis itu melintas di samping gedung utama sekolah. Ia berjalan cepat-cepat dengan langkah-langkah pendek, terburu-buru menuju ruang klub seni. Dipeluknya setumpuk kertas proposal permohonan dana untuk pameran seni yang sebentar lagi akan diadakan. Karena kalah suit, ialah yang bertugas mengambil hasil print out itu dari ruang komputer. Teman-teman anggota klub lainnya pasti sedang menunggunya, sembari membicarakan entah apa.

Story #4 : A Heart Reminder

Mata tajam Key fokus pada satu titik pada tengah kanvas putih di depannya. Key sedang mengumpulkan semua lipatan memori mengenai Kishy di otaknya, tiap jepretan yang Key dapat dari tiap kedip matanya : wajah Kishy, senyum, kilauan merah matanya tiap kali hampir menangis, cibiran, gerutuan, ekspresi mengawang, dan… ekspresi Kishy yang paling cantik, adalah ketika gadis itu menatap penuh perhatian pada Jinki―ah, gelegak benci itu muncul lagi.

Story #3 : The Prince, The Clown, and The Monkey

Ketika sepeda motor Key memasuki lingkungan sekolah, jam sudah menunjukkan pukul 06.35. Ia sudah terlambat untuk mengikuti kelas pagi yang dimulai lima menit lalu, gurunya tersayang pasti tidak mengizinkannya masuk kelas. Siswa tingkat dua itu memarkir sepeda motornya di bagian yang masih kosong di tempat parkir sekolah. Ia melepas helmnya dan memasukkannya ke loker penyimpanan, sementara jaket hitam yang melindunginya dari angin dingin ketika melaju di jalanan tadi, ia sampirkan di pundaknya setelah dilepas. Key merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan gara-gara helm, lalu ia berjalan santai tanpa arah meninggalkan tempat parkir, tidak tertarik untuk  merengek-rengek minta diizinkan masuk kelas kepada guru Fisika yang tegas itu. Key memasukkan kedua ujung telapak tangannya di saku celana, tampangnya menunjukkan ekspresi arogan sementara pikirannya entah ke mana. Orang-orang yang menyapanya hanya mendapat balasan berupa anggukan singkat tanpa senyum.

Story #2 : To Swim In Pain

Kishy benci sekali diberi tahu hal yang sudah ia ketahui dengan pasti. Hal-hal seperti, “Kau ini bukan tipenya,” atau, “Dia tidak mungkin menyukaimu,” bisa ia pelajari sendiri tanpa harus ditekankan lagi oleh orang lain. Ia bahkan sudah mengetahuinya sejak awal, mula dari sebuah permulaan, sejak orang itu menyapanya dan menanyakan namanya. Dan sejak laki-laki itu menyebutkan namanya, “Aku Jinki. Senang berkenalan denganmu.”

Story #1 : Prologue

Merupakan murni kesalahan Key bahwa mood Kishy selalu jatuh bilamana Key menampakkan wajahnya di depan mata Kishy. Terlebih Key yang seringnya memulai percikan-percikan api di antara keduanya dengan komentar-komentarnya yang cuek dan seenaknya saja. Pun Kishy masih mencoba bersikap tenang sampai pada puncaknya ia terpaksa mengeluarkan kalimat sarat sarkasme dengan nada tak kalah sarkastik. Tapi Key menyadari hal itu sepenuhnya, bahwa hubungan mereka berdua tidak mungkin bisa berjalan kecuali sebagaimana biasanya―saling adu siapa yang kalimatnya paling pedas, siapa yang pandangannya paling tajam. Key hendak mengabaikan, tapi bercak-bercak sesal itu ada.